BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Konsumsi
gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak
karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan
ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan.
Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang
secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.
Anak
balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi
merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera
mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis
untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake
gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang
optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak
yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas di dapat rumusan masalah yang
terdiri atas :
1)
Untuk
mengenal lebih jelas tentang pemenuhan kebutuhan gizi pada balita
2)
Menu
makanan ideal untuk balita
3)
Serta
faktor yang mempengaruhi status nutrisi balita
4)
Mendidik
kebiasaan makan yang baik, mencakup penjadwalan makan, belajar menyukai,
memilih dan menentukan jenis makanan yang bermutu.
5)
Masalah-masalah
yang mempengaruhi gizi balita
C.
Tujuan
Dengan
adanya rumusan masalah diatas maka tujuan dibuatnya makalah ini yaitu
memberikan gambaran tentang penyakit diare yang menyerang pada anak-anak atau
balita dan juga memberikan informasi yang lebih rinci mengenai diare tersebut.
.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pemenuhan Gizi Pada Balita
1)
Mengenal
Balita
Secara
harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima
tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini.
Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun
berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya.
Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan
umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan padat seperti
orang dewasa.
Anak usia
1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan
prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya,
faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara
pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi (1992),
berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal
dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang
dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif,
sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
2)
Karakteristik
Balita
Anak usia
1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan
dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari
masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih
besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang
mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya
lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
dengan frekuensi sering.
3)
Karakteristik
Usia Prasekolah
Pada usia
prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras
kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang
lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang
dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga
anak kurang gizi.
Perilaku
makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak.
Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat
penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir
terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat
membangkitkan selera makan anak.
4)
Peran
Makanan Bagi Balita
a)
Makanan
sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis
zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi
ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat
pengatur.
Ø Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga
atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga
diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya.
Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar
daripada orang dewasa.
Ø Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan
hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi
juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
Ø Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal
organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang
diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
o Vitamin, baik yang larut air (
vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A,
D, E, dan K ).
o Berbagai mineral, seperti kalsium, zat
besi, iodium, dan flour.
o Air, sebagai alat pengatur vital
kehidupan sel-sel tubuh.
5)
Kebutuhan
Gizi Balita
Kebutuhan
gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan
pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan
dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a) Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita
relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut
pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring
dengan bertambahnya usia.
b) Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang
dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang
dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu
tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
c) Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam
sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
6)
Beberapa
Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada
beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi,
khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita)
adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan
kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak
langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita antara
lain sebagai berikut :
a)
Ketidaktahuan
akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan
tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian
gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang
akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup).
Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan
tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan
anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd,
1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak
menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang
mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b)
Prasangka
buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang
sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan
secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan
itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga.
Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan
zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai
makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c)
Adanya
kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian
dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di
daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging
hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara
dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan
makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan
sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa
orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya
memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah
dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk
gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
d)
Kesukaan
yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap
suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan
mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
e)
Jarak
kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang
membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya
sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak
dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih
sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan
kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi,
maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi
air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f)
Sosial
Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga
turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa
penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk
keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
g)
Penyakit
infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak
merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah
protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah
dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah:
diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan,
malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).
7)
Akibat
Gizi yang Tidak Seimbang
a)
Kekurangan
Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
Ø Makanan yang tersedia kurang
mengandung energy
Ø Nafsu makan anak terganggu sehingga
tidak mau makan
Ø Gangguan dalam saluran pencernaan
sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
Ø Kebutuhan yang meningkat, misalnya
karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan
energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita
terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering
yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding
dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya
sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi
kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak
sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.
Berdasarkan
penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi
tiga bentuk.
a.
Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat
kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan
kekurangan energi yang dominan.
b.
Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat
edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun
terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ).
Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya
karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
c.
Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi
antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan
protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
b)
Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya
faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi
yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering
ditemui pada anak-anak sebagai berikut:
1.
Anak
yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2.
Bayi
yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3.
Anak
dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4.
Anak
yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai
keinginan orangtua.
5.
Anak
yang malas untuk beraktivitas fisik.
8)
Penyebab
Balita Kurang Nafsu makan :
a)
Faktor
penyakit organis
b)
Faktor
gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai
berikut:
Ø Air Susu Ibu yang diberikan terlalu
sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis
Ø Anak terlalu dipaksa untuk
menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi
tertekan
Ø Makanan yang disajikan tidak sesuai
dengan yang diinginkan / membosankan
Ø Susu formula yang diberikan tidak
disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga
susu yang diberikan tidak dihabiskan
Ø Suasana makan tidak menyenangkan/
anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.
c)
Faktor
pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan
( faktor organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan )
Ø Jika penyebabnya faktor organis,
yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
Ø Jika penyebabnya faktor psikologis,
berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
o Makanan dibuat dengan resep masakan
yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan
semenarik mungkin.
o Jangan memaksa anak untuk
menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan anak.
o Upayakan suasana makan menyenangkan
, sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak
punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga
(orangtua)
o Pembicaraan yang kurang menyenangkan
terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak
memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor
pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini.
o Diusahakan waktu makan teratur dan
makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan haus
o Makanan selingan dapat diberikan
asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau
makan nasi.
o Untuk membeli makanan jajanan
sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak
dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun
kebersihannya.
o Kuantitas dan kualitas makanan yang
diberikan harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga
anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
o Bentuk dan jenis makanan yang
diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
B.
Menu Makanan Balita
Makanan memegang peranan penting
dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang
baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan
jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
1)
Agar
kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri
atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
2)
Kebutuhan
bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang
diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
a)
Pagi
hari waktu sarapan.
b)
Pukul
10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
c)
Pukul
12.00 pada waktu makan siang.
d)
Pukul
16.00 sebagai selingan
e)
Pukul
18.00 pada waktu makan malam.
f)
Sebelum
tidur malam, tambahkan susu.
g)
Jangan
lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh
Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
a)
Pukul
06.00 : Susu
b)
Pukul
08.00 : Bubur saring/Nasi tim
c)
Pukul
10.00 : Susu/Makanan selingan
d)
Pukul
12.00 : Bubur saring/Nasi tim
e)
Pukul
14.00 : Susu
f)
Pukul
16.00 : Makanan selingan
g)
Pukul
18.00 : Bubur saring /nasi tim
h)
Pukul
20.00 : Susu.
Makanan Selingan Balita
Pada
usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung
zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia
ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai
lanjut.
Gizi
makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga
dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan
keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel
otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian
makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah
dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan
dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan
pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat
dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini
harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat
dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan
orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan
selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan
pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi
makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan
selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis
makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging
sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan
lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1) Memperkenalkan aneka jenis bahan
makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
2) Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin
kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
3) Mengisi kekurangan kalori akibat
banyaknya aktivitas anak pada usia balita.
Makanan selingan yang baik dibuat
sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar
rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya
dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber
karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan
terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis
saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan
menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif
muda dapat terserang penyakit tertentu.
C.
Menu untuk Balita yang Sedang Sakit
Penyakit balita secara umum biasanya
adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan terbaik adalah
berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat, sehingga
cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan pengaturan
makanannya.
1) Untuk balita dengan panas tinggi
PENDERITA penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan
gizinya meningkat. Hal ini disebabkan metabolisme tubuh meningkat, penyerapan
zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya.
Nafsu makan pun biasanya menurun.
Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :
a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok
seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain.
b. Kebutuhan kalori meningkat,
sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.
c. Sumber protein seperti susu, daging,
hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi
normalnya.
d. Kebutuhan air diberikan lebih
banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga banyak terjadi penguapan
melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air, vitamin dan
mineral. Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.
e. Makanan minuman tidak boleh
diberikan terlalu panas atau terlalu dingin.
2) Untuk balita dengan gejala mencret
(diare)
DIARE pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di
Indonesia. Diare diartikan sebagai buang air besar tidak normal atau bentuk
tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:
a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi
bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab diare pada anak.
b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi
biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan
protein.
c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau
alergi terhadap makanan tertentu.
d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas
(umumnya jarang terjadi pada anak).
Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan kurang sedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah normal.
Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan kurang sedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah normal.
Pengaturan makanannya secara umum
adalah:
a. Cairan harus cukup untuk mengganti
cairan yang hilang, baik melalui muntah maupun diare. Setiap kali buang air
besar beri minum satu gelas larutan oralit atau larutan gula garam.
b. Berikan makanan yang rendah serat,
cukup energi, protein, vitamin dan mineral.
c. Suhu makanan dan minuman lebih baik
dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu dingin.
d. Bentuk makanan lunak.
3) Untuk balita dengan gejala penyakit
saluran pernapasan
PENYAKIT saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis,
dan umumnya disebabkan virus, misalnya virus influenza. Selain juga karena
cuaca dan polusi udara.
Mengatur makanannya dengan :
Mengatur makanannya dengan :
a. Banyak diberi minum, terutama sari
buah-buahan, sebaiknya diberikan dalam keadaan hangat.
b. Makanan diberikan dalam keadaan
lunak dan tidak merangsang.
c. Susu dapat diberikan dalam bentuk
minuman atau campuran seperti sirup dan lain-lain. Bisa juga dibentuk makanan
kecil seperti puding.
d. Hindari makanan yang digoreng.
4) Untuk balita dengan gejala muntah
MUNTAH adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain
keracunan makanan, infeksi appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan
lain-lain.
Syarat makanannya:
a. Berikan makanan lunak yang mudah
dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan sering.
b. Banyak cairan untuk mengganti cairan
yang keluar, seperti sari buah yang segar dan susu campur buah supaya segar.
c. Cukup protein, mengingat karena
penyakitnya ia membutuhkan peningkatan protein dibandingkan dengan kebutuhan
biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain-lain.
d. Lemak perlu diberikan, untuk memberi
rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan makanan yang mudah dicerna dan
secukupnya, karena kelebihan lemak akan membuat mual.
5) Untuk balita dengan gejala batuk
GEJALA batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya
pada penyakit bronchitis yang disertai panas, demikian juga penyakit lain
seperti flu dan sebagainya.
Pengaturan makanan yang perlu diperhatikan :
a. Kalau ada gejala panas, beri makanan
lunak dan banyak cairan atau minum.
b. Nafsu makan yang menurun akibat
batuk terus-menerus harus diimbangi makan yang cukup supaya kondisi tubuh
membaik.
c. Untuk memudahkan pengaturan
makannya, berikan porsi kecil tetapi sering dan bertahap supaya kebutuhan
gizinya terpenuhi.
d. Cukup protein karena penyakit dengan
gejala batuk membutuhkan protein lebih tinggi dari biasanya.
e. Jangan makan gorengan atau bumbu
yang merangsang agar tidak menimbulkan batuk. Kurangi mengonsumsi yang terlalu
manis dan bisa menimbulkan batuk seperti cokelat, permen, manisan dan minuman
manis.
f. Setelah anak sembuh, kalau berat
badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi makanannya.
D.
Kebutuhan
Energi Dan Zat Gizi Balita
Perhitungan Berat Badan Ideal
Ø
Berat
badan ideal anak umur 1 tahun = 3 X BB lahir
Ø
Berat
badan ideal anak umur 2 tahun = 4 X BB lahir
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1) Pemenuhan gizi balita dapat dilihat
dari karakteristik anak itu sendiri.
2) Pemberian asupan zat makanan seperti
zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur sangat diperlukan bagi balita.
3) Dan pengeluarannya asupan makanan
harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
4) Menu makanan yang baik seperti 4
sehat 5 sempurna sangat mempengaruhi kesehatan dan kecerdasan bagi otaknya.
5) Faktor yang mempengaruhi status
nutrisi untuk balita yaitu serat makan dan kemudahan dalam mencerna makanan
dari sumber makanan yang ia makan, vitamin serta pengaruh obat yang diminum dan
faktor endokrin dan emosional.
B.
Saran
1)
Pengetahuan
ibu harus luas mengenai pemahaman tentang anak.
2)
Sebaiknya
seorang ibu harus bisa mengatur / memilah-milah makanan untuk balita.
3)
Berikan
anak makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna karena sangat baik untuk
pertumbuhan anak.
4)
Jangan
lupa pemberian makanan yang sehat serta suplemen yang teratur untuk pertumbuhan
dan kecerdasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan
Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
Ø Emawati F . , Yuniar R , Susilawati
, Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet
Ø Besi Untuk Pencegahan Anemia .
Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92
Ø Libuae P . Perbaikan Gizi Anak
Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas 9 September 2002 .
Ø Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA
kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar